DOA KU HADDAD ALWI

Mengenai Saya

Foto saya
Olahraga,Fitnest,Membaca,Treveling, dll

Translate

Rumah Web

Watch

Followers

Market Health

Amazon Kindle

Kamis, 12 November 2009

Biografi Sufi


Biografi Sufi

Rabi`ah al-Adawiyah.

Rabi’biah al-Adawiyah (.M 801) adalah salah se.orang sufi yang paling masyhur di Basra,Irak.Ia lahir dalam suatu keluarga sangat miskin.Ketika keduua orangtuanya meninggal. Ia dijual sebagai budak, tetapi kemudian dibebaskan oleh majikannya karena takwa dan Zuhud.

Cinta dan semangat Rabi’ah kepada Allah begitu menggebunya sehingga tak ada ruang dalam hati dan pikirannya untuk pikiran atau perhatian lain. Ia tak kawin, dan dunia tak berarti apa apa baginya, Ia menutup jendela dan kamarnya dimusin semi tanpa melihat bunga bunga diluar, dan hilang dalam renungan pada pencipt yang meliputi segala sesuatu. Kepada Tuhan ia berkata:

Wahai Kekasih hati, aku tak punya sesuatu seperti Engkau,

Maka kasihanilah kini pada pendosa yang dating kepada-Mu

Wahai Harapanku dan Sandaran dan kegembiraanku.

Hati tak dapat mencintai apa pun selain Engkau.

Bagi Rabi’ah, yang penting hanyalah tenggelam dalam Allah, meletakan seluruh harapannya pada Allah, dan kehilangan dirinya dalam pujian kepada-Nya,Salat malam baginya menjadi percakapan manis dan penuh cinta antara dia dan Yang Dicintainya.

Pernah Rabi’ah bertanya kepada Sufyan ats-Tsauri, seorang Sufi di Basra,”Apa definisi Anda tetntang kemurahan hati?” Ia menjawab,”Bagi penghuni dunia ini, kemurahaan hati adalah memberikan miliknya; bagi orang yang hidup di dunia alam Akhirat, kemurahan hati berarti mengurbakan jiwanya,” Rabi’ah sangat tidak setuju seraya mengatakan bahwa ats-Tsauri keliru,

Menurut Rabi’ah, kemurahan hati ialah meyembah Allah semata-mata karena cinta kepada-Nya, dan bukan untuk mendapatkan suatu ganjaran atau maslahat apapun sebagai imbalan.

Dalam sejarah tasawuf, Rabi’ah telah menjadi lagenda yang melambangkan pemujaan penuh pengabdian sepanjang jalan zuhud dan cinta.

Dikutip dari Buku Belajar Mudah Tasawuf

Oleh:Syekh Fadlullah Haeri.

Minggu, 27 September 2009

Dalam Nuansa Lailatul Qadar

Dalam Nuansa Lailatul Qadar

Fatwa
Syekh Abdul Qadir al-Jaelani:
( Kutipan dari karya Syekh Abdul Qadir al-Jaelani dalam kitab Al-Ghunyah Lithalib Thariqil Haqq Fil Akhlaq Wat-Tashawufi wal-Adab al Islammiyah.)
Majalah Sufi Desember 2008 No.08

Firman Allah SWT:” Para malaikat pada turun dan (begitu juga) ar-Ruh (Jibril) di dalam malam itu.”

Jibril turun disertai dengan 70 ribu malaikat, dan bertidak sebagai pemimpinnya. Jibril terus menerus memberi salam kepada merekayang sedang duduk (beribadah), sementara seluruh malaikat yang lain memberi salam kepada mereka yang sedang tidur, Allah sendiri yang terus memberi salam kepada mereka yang bangkit menuju kepada-Nya.

Sebagaimana Salam Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yang menjadi ahli surge di surga , dengan firman-Nya: Salaamun Qaulanmin Rahiim min Rabbil Rahiim ( Salam yang terucap dari Tuhan Yang Maha Pengasih) Maka, berkenan pula Allah memberikan salam kepada para hamba-Nya yang senangtiasa berbuat kebajikan di dunia, mendapatkan anugrah kebaikan luhur dan kebahagian di Zaman ‘asali.
Yaitu para hamba-Nya yang senangtiasa fana’ atau sirna dari segala makhluk, dan abadi bersama Tuhannya, senanstiasa tentram menuju kepada Allah Ta’ala Yang Maha Benar.

Pada malam Lailatul Qadar itu, tak ada yang tersisa dari suatu tempat melainkan ada malaikat yang sedang sujud di sana, atau berdiri mendoakan hamba-Nya yang mukmin dan mukminat. Kecuali tempat tempat seperti gereja, biara, temapt ibadah majusi, dan tempat tempat berhala, atau sebagian tempat yang menjadi pembuangan kotoran maksiat.Ditempat-tempat malaikat tidak mau bersujud dan berdoa.

Malaikat malikat itu senangtiasa mendoakan kaum muslimin dan mukminat. Sedangkan Jibril as, sama sekali tidak mendoakan kaum mukminin dan mukminat, melainkan hanya menyalami dan bersalaman kepada mereka, Jika Anda sekalian sedang dalam keadan beribadah, maka Jibril meyalami,” Salam kepadamu, semoga diterima dan mendapatkan kebajikan, “Jika anda ditemui sedang bermaksiat, Jibril menyalami,”Salam bagimu, semoga engkau mendapatkan ampunan”, Jika anda ditemui dalam keadaan tidur, Jibril menyalami,”Salam bagimi, semoga engkau mendapt kan Ridha-Nya,”Jika Anda sudah dalam kuburan ( Mati ) Jibril menyalami,” Salam bagimu dengan ruh dan aroma keharuman.Itulah yang difirmankan Allah, min Kulli Amrin Salaam” (dalam segala hal ada salam ).

Ada yang menyebutkan, bahwa para malikat itu hanya menyalami mereka yang taat, sementara tidak pada mereka yang sedang bermaksiat. Di antara ahli maksiat itu adalah mereka yang berbuat kedhaliman, mereka memakan makanan haram, mereka memutus tali sillaturrahim, mereka yang mengadu domba, mereka yang memakan harta anak yatim, mereka itu tidak emdapatkan salam dari malaikat. Lalu manakh bencana yang lebih besar dibandingkan bencana seperti itu.

Pada Hal bulan Ramadhan diawali oleh rahkmat ditengahi oleh ampunan dan di akhiri dengan kebebasan dari neraka. Sementara Anda tidak memiliki bagian dari salam para malaikat itu.? Bukankah itu semua gara gara Anda jauh dari Yang Maha Pengasih.? Dan Anda Juga tergolong para penetang Allah dan mensakralisasi tindakan syetan? Anda berhias denga riasan penempuh jalan neraka? Begitu pula karena Anda jauh dan mengabaikan dari para penempuh jalan surge.?

Anda juga hijab dari Tuhan yang mewakili kekuasaan atas bahaya dan kebajikan? Pada bulan Ramadhan adalah bulan kejernihan, bulan keselarasan bersama Allah, bulan para pendzikir-Nya, bulan orqng orqng sabar dan bulan para Shadiqin. Lantas apabila tidak ada bekas dalam hati anda,dan Anda tidak mencabut akar kemaksiatan dalam hati Anda, menjauhi para pelaku kejahatan dan kemungkaran, lalu pengaruh apa yang bias membekas dalam hati Anda itu,? Apa yang Anda harapkan dari selain dari kebajikan? Apa yang masih Anda sisakan dalam jiwa Anda? Kebahagianmanakah yang bias Anda raih disana.

Ingatlah wahai orang yang sangat kasihan, terhadap apa yang menempel pada diiri Anda. Bankit dari kegelapan yang meninabobokan Anda, Anda alpa. Lihatlah pada yang memberi petunjuk pada Anda, sisa-sisa bulan Anda, dengan tindakan taubat dan kembali.Nikmatilah bulan ini dengan istighfar dan kepatuhan, agar Anda meraih rahmat dan kasih saying Allah. Anda harus membantu dengan segala hal yang mengarah pada sikap negative. Menagislah pada diri sendiri atas dorongan yang menyeret Anda pada cacat-cacat jiwa, kebinasaan dan tragedi.

Betapa banyak orang berpuasa, namum hakikatnya tidak pernah berpuasa selamanya. Banyak orang yang berdiri tegak untuk Ibadah, hakikatnya tak pernah ibadah selamanya. Betapa banyak orang beramal, namum tanpa pahala ketika amal itu usai dilakukan, Amboi, apakah puasa kita terima, ibadah kita terima, atau sebalikinya semua itu ditolak dan dilemparkan ke wajah kita sendiri? Amboi, betapa kita telah menolak ibadah yang seharusnya diterima, dan menghormati ibadah yang seharusnya ditolak?

Sebagaimana sabda Rasullulah SAW,”Betapa orang berpuasa, namum tak lebih dari lapar dahaga, Betapa banyak orang yang tegak beribadah, melainkan hanya kelelahan belaka.

Salam kepadamu, wahai bulan puasa.
Salam kepadamu wahai bulan kebangkitan
Salam kepadamu wahai bulan iman
Salam kepadamu wahai bulan al-Qur’an
Salam kepadmu wahai bulan cahaya cahaya
Salam kepadamu wahai bulan maqhrifah dan ampunan
Salam kepadamu wahai bulan derajat dan keselamatan dari keburukan
Salam kepadamu wahai bulan orang orang yang bertobat, beribadat
Salam kepadamu wahai orang-orang ma’rifat
Salam kepadamu wahai bulan orang yang tekun beribadat
Salam kepadmu bulan yang aman
Engkau telah menahann orang-orang maksiat
Engkau telah bermesraan dengan ahli taqwa
Salam kepada bilik dan cahaya-cahaya yang cemerlang dan mata terjaga,
airmata yang melimpah, mihrab yang terang benderang ungkapan yang suci,
nafas-nafas yang membubung dari kalbu-kalbu yang bergelora.

Tuhan, jadikanlah kami tergolong mereka yang engkau terima ppuasanya, shalatnya, dan engkau ganti keburukan dengan kebajikannya, dan Enkau masukan dengan Rahkmat_mu dalam surge-Mu, dan Engkau tinggikan derajat mereka, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Sabtu, 26 September 2009

Telaga Sufi di Bulan Suci






Telaga Sufi
Di Bulanan Suci
Dikutip dari majalah Sufi 08 Desember 2000
Oleh: Muhammad Lugman Hakim,MA

Wahai orang orang yang beriman,diwajibkan puasa atas kamu sekalian, sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu,agar kamu sekalian bertaqwa. (al-Qur’-an )
Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadiral-Jaelani dalam kitabnya Al-Ghunayah mengupas, bahwa kata ramadlan itu terdiri dari lima huruf: R-M-DL-AN. Huruf (R) berarti Ridlwanallah (ridha Allah ) huruf (M) berarti Mahabatullah (mencintai Allah),huruf Dlad (DL) berarti Dlamanullah (dalam jaminan Allah), haruf Alif (A) berarti Ulfatullah ( kasih sayang Allah) , dan huruf Nun (N) berarti Nurullah (cahaya Allah).
Karena itulah bulan suci ramadlan disebut sebagi bulan Ridla, bulan cinta,bulan kasih Sayang, bulan Lindungan, bulan cahaya, sekaligus bulan anugrah dan karamah bagi auliya dan orang-orang kebajikan. Disebutkan para ulama sufi, bahwa bulan Ramadhan jika dibandingkan dengan bulan bulan lainnya, ibarat kalbu di dalam dada, ibarat para nabi dengan umat manusia, dan ibarat tanah suci Haram dibanding dengan dengan bumi lainnya.
Hari hari yang penuh dengan dahaga dan lapar,malam-malam penuh keagungan dan anugrah kita arungi bersama sama, agar kita bersembunyi di balik tirai Ilahi dalam puasa yang sungguh2 puasa: puasa hakiki.Sebab, Ramadhan itu sendiri merupakan salah satu nama dari sekian nama Allah.Karenanya, bulan Ramadlan merupakan Bulan Ilahi, dimana Allah sendiri yang membalas pahala pahala mereka yang berpuasa.
Seakan-akan memang ada rahasia agung yang sangat pribadi antara Allah dengan para hamba-Nya. Setidak tidaknya hakikat takwa benar benar dilimpahkan pada hamba-hamba Allah yang berpuasa sebagaimana disebutkan”Haqqa Tuqaatih”, takwa yang hakiki. Sebuah hadist m enyebutkan.”Janganlah kalian semua mengatakan Ramadhan, sebab Ramadhan itu adalah nama Allah Ta’ala”,. Maka Allah sendiri juga menyebutkan dengan kailimat” syahru Ramadhan”, bukan Ramadhan saja. Hal demikian menunjukan betapa penting bulan ini, bahkaan betapa Allah Ta’ala sampai membuat wahana yang amat istimewa dan Khusus terhadap bulan Ramadhan tersebut.
Dalam hadist saih riwayat Imam Muslim, Rasulillah SAW bersabda- dalam Hadist Qudsi :
Allah Azza wa-Jalla berfirman: Setiap amal manusia kembali kepadanya, kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu hanya untuk-Ku,dan Akulah yang membalasnya sendiri. Puasa itu merupakan tameng, manakala di hari puasa kalian, maka janganlah melakukan hubungan suami istri dan jangan lah berbuat kotor. Maka apabila ada seseorang memakinya, katakanlag:”Aku ini orang yang berpuasa. Dan denim Dzat Yang menguasai Jiwa Muhammad, sungguh bau mulut orang yang berpuasa itu disisi Allah lebih harum dibandingkan misik, di hari kiamat nanti.”
Dalam hadist lain disebut,” Hendaklah kamu berpuasa, Karena puasa itu tidak ada bandingannya” (HR.Nasa’i )
Makna puasa itu sendiri adalah mengekang dan mengakat. Aetinya mengekang segala keinginan yang mendorong kita untuk menyimpang dari perintah dan kehendak Allah, mengekang dari segala keinginan untuk berpaling pada selalin Allah.
Bahwa puasa itu merupakan ibadah yang tiada bandingan, semata juga karena puasa itukan merupakan jiwa penghapusan terhadap hal-hal yang berbau empiris. Sebab Ramadhan adadlah nama Allah, suatu kegembiraan kita karena kita memasuki nama Allah. Sebab itulah puasa yang berarti meninggalkan, sangat berhubungan erat dengan proses hamba hamba Allah dalam meninggal” keakuan, nafsu , dan seluruh sifat tercelanya” agar bisa fana ke hadirat Allah. Sebab dalam kata “ Meninggalkan” itu mengandung arti sebagai bentuk dari ketiadaan dan nagasi, dan karenanya tidak ada bandingannya. Berarti juga tidak bias dibandingkan Allah dengan yang Lainnya, sebagaimana dalam Al-Qur’an, Tiada satu-pun misal bagi-Nya.
Intinya,puasa itu merupakan ibadah yang bias menyempurnakan sipriltualitas para hamba. Bentuk bentuk pengekangan iyu sendiri mengandung pelajaran yang amat mahal nilainya. Setahun dalam 12 bulan, Allah memberi anugrah satu bulan saja, agar hamba hamba-Nya menjadi merdeka. Merdeka dari seluruh ikatan duniawi, dan Fana’ kepada Allah dalam lembah bulan suci ini.
Mereka yang sedang menjalani bulan puasa, hakikatnya menempuh jalan kemerdekaan yang sesungguhnya. Hanya saja ada tipikal manusia berpuasa, sekedar menahan lapar dan dahaga, tetapi ia tidak mampu menahan godaan hawa nafsunya. Ada juga yang mampu menahan dahaga, sekaligus menahan diri Dhahir dan bathinnya dar segala yang di haramkan Alllah.
Puncaknya adalah mereka yang berpuasa, menahan diri dari godaan fisik dan bathin, sekaligus fana’ dalam Allah. Yang terachir inilah disebut sebagai puasa Khawasul Khawas. Puasa dari segala hal selain Allah. Hanya kepada Allah-lah diri hadir, dan tak ada lain kecuali kehadiran Allah dalam jwanya. Dalam tradisi Rasulullah SAW bulan puasa merupakan bulan ubudiyah. Jika siang hari beliau menahan diri dari segala hal selain Allah, maka dimalam hari beliau melakukan Qiyamul Lail, yang kelak disebut tarawih, sebagai upaya bangkit dalam ma’rifatullah.
Setidak-tidaknya ada lima peristiwa besar berkait dengan bulan suci ini:
Pertama, bulan ini disebut bulan Ramadhan yang merupakan salah satu asma’ dari sekian asma’ Allah Ta’ala. Berarti, bulan ini adalah awal mulanya hamba-hamba-Nya memasuki asma’ Allah lewat pancaran cahaya ma’rifatnya, Ma’rifat asma’ itulah awal dari pengenalan hamba-Nya kepada-Nya lalu dilanjutkan dengan ma’rifat Sifat, dan terachir ma’rifat bi-Nuridz-Dzat (ma’rifat dengan cahaya Dzatullah).
Penghayatan terhadap ma’rifat itu tidak akan tercapai manakala hamba-hamba Allah tidak mau mengekang dirinya, keakuannya hasrat-hasrat nafsunya, egonya, dan kepentingan-kepentingannya, melainkan hamba harus puasa dari segala hal, kecuali hanya Allah belaka, sebagai tunjuan dan sekaligus juga wahana penyaksian ( musyahadanya)
Kedua, bulan ini merupakan bulan dimana Kalamullah al-qur’an diturunkan dari Lauhu Mafuds ke langit Dunia secara global. Kalamullah itulah yang merrupakan “ kepastian global” atas sejarah jagat rayaini. Turunnya al-Qur’an secara global, selaras dengan “Kun-nya Allah, dan kelak melimpah secara historis dalam “Fayakuun”. Mengapa al_Qur’an diturunkan di bulam suci Ramadhan, karena Kalamullah itu adalah manifestasi dari sifat-Nya “Al-Kalim”, dimana semaian wahananya haruslah Mawjud pada asma’-Nya, yaitu Ramadhan itu sendiri.
Ketiga: dibulan Ramdhan ini ada Lailatul Qadr. Malam yang melebihi seribu bulan cahaya. Cahaya bulan itu sendiri merupakan pantulan dari matahari ,dan manakala matahari, bulan tak bercahaya, maka terjadi kegelapan yang dahsyat. Dengan kata lain Lailatul Qadr merupakan wahana dimana Cahaya- cahaya Allah itu mawjud, didala jiwa-jiwa hamba-Nya yang beriman.Pendaran cahaya-Nya yang melebihi ribuan cahaya bulan, hanya symbol betepa tak terkirakan Cahayanya itu. Mereka yang mempunyai jiwa yang telah fana’ dalam ”kegelapan malam Fana’ul fana”, adalah jiwa mereka yang mampu menyaksikan dalam musyahadah Cahaya-Nya. Kareba itu kefana’an itu hanya akan termawjud
Manakala hamba itu senangtiasa berdzikir, bertaqarub, bermuqarabah. Dan bartaubah dalan arti hakiki.Sebab Cahaya-cahaya-Nya, hanya bias disongsong oleh Sirrul’ Abdi, sebagai puncak ketakwaan hamba Allah itu sendiri. Sirrul’ Abdi adalah hakikat kehambaan yang final. Wujudnya adalah kesinaraan hamba dalam kebaqa’an-Nya, sehingga sang hamba tak lagu”ada” dan yang ada hanyalah Yang Maha ada dalam Abadi-Nya.
Keempat: di bulan ini para hamba menuai kemerdekaan dan kebebasan yang sesungguhnya. Sebab pintu-pintu surge dibuka.pintu-pintu neraka ditutup, syetan-syetan dibelengu. Disebut merdeka dan bebas, karena para hamba dibebaskan diri dari upaya terikat oleh kepentingan duniawi, kepentingan ukrahwi, bahkan kepentingan dari segala hal selain Allah. Sebab kebasan itu tidak terwujud secara hakiki manakala hamba masih diperbudak oleh selain Allah. Wujudnya adl;ah cahaya hati yang terang benderang sebagai” Rumah Allah” dalam jiwanya sebagi disebutkan dalam Hadist,” Qolbul Mu’mini Baitullah” ( hati orang yang beriman adalah rumah Allah).
Kelima : Munculnya dua kegembiraan: kegembiraan pertama adalah ketika mereka yang berpuasa itu melakukan buka puasa (ifthar), dan kegembiraan pertama bisa disebut sebagai kegembiraan ketika lahiriah, dan kegembiraan kedua bias disebut sebagai kegembiraan bathiniah. Atau yang pertama adalah kegembiraan fana’nya hamba dalan kefitrahaannya (dan karena itu desebut ifthar ), lalu yang kedua adalah fana’ulfana’ dalam ke baqa’an-Nya, ketika menemui Tuhannya. Dua kegimraan inilah yang sangat ditunggu tungu o;eh kegembiraan Allah. Hamba yang telah berfitrah, sekaligus hamba yang telahmenjadi” Cermin Ilahi” dalam liqa’ (bertemu) dengan-Nya.
Mereka ysng telah melakukan tradisi puasa sufistik, senangtiasa akan merasakan puasa selama-selamanya. Sebab di bulan Ramadhan itulah hamba Allah berada dalam khauf dan raja’ ( ketakutan dan harapan), lalu meningkat lagi dalam qabdl dan basth (ketergegaman dalam kuasa Ilahi dan keluasaan dalam rahmat-Nya), bahkan ada yang mencapai haibah dan uns (dalam lembah charisma Ilahi sekaligus juga dalam pelukan kemesraan yang tiada tara), Maka puasa, sesungguhnya adalah” perjuangan jiwa” yang disebut sebagai Jihadul akbar ( perjuangan besar).

Rabu, 09 September 2009

Perjalanan Qalbu






Perjalanan Qalbu

“Dilubuk qalbu ada neraka.

Disana juga berada sorga.

Bahagia mereka yang mengenal-Nya.

Dengan alat yang dimiliki-Nya.

Si tuli gandrung menolak bunyi.

Si buta menolak rupa yang asli.

Meskipun music rohani berbunyi.

Istana kaca Ratu Bilqis masih abadi.

Cinta sejati tidak dapat dibeli.

Tidak ternilai dengan upeti.

Kecuali atas izin ilahi.

Usaha menghidupkan api rindu.

Ranting mati akan bertunas kembali

Membuahkan cahaya energi abadi”

Oleh : Ki Empu Penitis

Senin, 13 April 2009

Cahaya Mukmin yang Mematikan Nyala Api Neraka


Berpasrahlah dalam segala hal, agar Dia bertindak di dalam dirimu.

Biarkan musibah itu datang, jangan rintanngi jalannya. Jangan berhenti berdoa, dan jangan bersedih hati, bila menimpamu, sebab api musibah tidak lebih besar daripada api Neraka Jahanam. Mengenai manusia terbaik di atas bumi dan kolong langit ini,

Nabi Muhammad Saw bersabda: "sungguh api neraka akan berseru kepada orang orang mukmin:"Wahai mukmin, cepatlah berlalu, karena cahayamu mematikan nyala apiku."

Bukankah cahaya seorang mukmin yang mematikan nyala api neraka, itu adalah cahaya yang kita temui padanya didunia ini, dan membedakan antara orang yang taat dengan orang yang maksiat. Cahaya inilah yang memadamkan kobaran bencana.

Musibah tidak datang untuk menghancurkanmu, melainkan untuk memberikan peringatan dan menguji kebenaran imanmu, mengukuhkan imanmu dan memberikan kabar gembira secara ruhani akan adanya pertolongan kepadamu.

Allah berfirman: Dan sesungguh Kami benar benar akan menguji kamu, agar Kami mengetahui orang orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu dan agar Kami menyatakan baik buruknya hal ihwalmu. ( QS Muhammad [ 48]: 31 )

Jika keimananmu memang sudah terpatri bersama kebenaran dan keyakinanmu sesuai dengan tindakan-Nya dan semua itu merupakan keistimewaan dan taufik dari-Nya, maka kau mesti bersabar dan penuh taat kepada-Nya. Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya baik oleh dirimu sendiri maupun orang lain.

Bila datang perintah-Nya, maka segeralah melakukannya. Bertindak, jangan pasrah terhadap takdir dan tindakan-Nya. Akan tetapi himpunlah kekuatan dan berusahalah melaksanakan perintah tersebut. Jika engkau tidak mampu melaksanakan perintah itu jangan buang waktu, segeralah kembali kepada Allah swt.

Refrensi dari Mutiara-Mu ( Mutiara Sang Wali Syaikh Abdul Kadir Al-Jailany.)

13 April 2009.

Kamis, 05 Maret 2009

Doa Pada Pagi Hari......


Setiap pagi aku tidak lupa berdoa kepadanya, Segala pudji bagi Allah yang telah menghidupkan kami, setelah mematikan kami, kepada -Nya kami akan dikumpulkan. 3 x (muttafaq 'alayh)

Ya Allah pada pagi ini kami rasakan nikmat, kesehatan, dan perlidungan-Mu kepadaku, maka sempurnakanlah nikmat kesehatan, dan perlindungan-Mu padaku didunia dan akhirat. 3 x ( H.R Ibn al Sunni )

Dengan nama Allah, yang takkan berbahaya sesuatu yang ada di bumi dan langit, bila berserta nama Allah, Dia Maha Menengar lagi Maha Mengetahui,. 3 x ( H.R. al-Tirmidzi )

Saya memohon ampun kepadamu ya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung, yang tiada Tuhan selain Dia Yang Maha Berdiri sendiri, dan aku bertobat kepada-Nya,'. 3 x ( Menurut al-Tirmidzi,' )

Saat melakukan salat subuh, Nabi saw, berdoa,

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima,dan rezeki yang baik."

Di Kutib dari Buku Zikir Penentram Hati
Ibn ' Atha'allah ( w.709 H/ 1350 M )

06 maret 2009